TpOlTfrpTSY5BUO8BSd8Tfr0Gi==

Sarasehan KPMI, Pengamat: Jakarta Hadapi Tantangan dalam Penyediaan Air Bersih

SATYABERITA - Koalisi Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (KPMI) menggelar Sarasehan Lingkungan Dalam Rangka Hari Air Sedunia bertajuk "Konservasi Alam dan Mitigasi Krisis Air Bersih/Minum", di Aula KI Hajar Dewantara, Kantor Dinas Pendidikan, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Sabtu (22/3) sore.

Sarasehan ini menghadirkan berbagai pengamat dari berbagai bidang ilmu diantaranya, Direktur PAM Jaya, Arief Nasrudin; Staf Khusus Gubernur, Nirwono Joga; Pemerhati Jakarta, Sugiyanto; Direktur Institut Hijau Indonesia, Slamet Daroini; dan Penggiat Lingkungan, Reiza 
Patter.

Dalam paparannya, Nirwono Joga, Staf Khusus Gubernur Bidang Pembangunan dan Tata Kota menyebut, bahwa sangat dibutuhkan saat ini siklus air yang berkelanjutan. 

Ia mengatakan, ada empat hal yang penting harus dilakukan segera, agar Kebutuhan air bersih terus dapat terjaga keberadaannya. 

"Regenerasi/pembenahan badan sungai dari hulu ke danau-embung-waduk, revitalisasi badan air, situ, danau-embung-waduk, penambhan RTH dan konservasi perlindungan hutan lindung," ujar  Nirwono. 
Sementara itu, Selamet Daroyni dari Institut Hijau Indonesia mengatakan, air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial untuk kesehatan, sanitasi, dan kehidupan sehari-hari.

Menurutnya, banyak kota besar di dunia termasuk Jakarta menghadapi tantangan dalam penyediaan air bersih akibat pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan perubahan iklim.

"Saat ini Jakarta menghadapi tantangan besar dalam penyediaan air bersih. Perlu ada segera langkah nyata dalam menghadapi tantangan untuk memenuhi kebutuhan air bersih," ujar Selamet. 

Selamet mengatakan, konservasi alam adalah solusi untuk mitigasi krisis air. Sistem penanaman pohon dan pemanenan air hujan serta penghijauan kembali daerah hulu guna dijadikan resapan. 

"Rehabilitasi daerah hulu serta membangun embung untuk menampung air tanah dengan hujan yang dapat meningkatkan akses digunakan saat musim air perpipaan kering perlu dilakukan segera" jelasnya. 
Sedangkan, Direktur Utama Perumda PAM Jaya, Arief Nasrudin menuturkan, diperlukan peran semua pihak untuk menjaga ketersediaan suplai air baku, termasuk melalui konservasi lingkungan.

"Kami mendapatkan mandat untuk merealisasikan cakupan layanan air bersih 100 persen di Jakarta pada tahun 2030. Untuk itu, kelestarian sumber-sumber air perlu dijaga," ucapnya.

Apalagi kata Arief, salah satu dari 8 misi Asta Cita Presiden RI, Prabowo Subianto adalah Swasembada Pangan, Energi, Air, Ekonomi Kreatif, Ekonomi Hijau, dan Ekonomi Biru".

"Pada masa pemerintahan Pak Prabowo, air juga menjadi salah satu dari 17 program prioritas yakni, swasembada pangan, energi, dan air," ujar Arief. 
Berbicara soal air, Pemerhati Jakarta Sugiyanto menyebut konservasi alam dan mitigasi air bersih/minum merupakan dua aspek penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan memastikan ketersediaan sumber daya yang berkelanjutan. 

Menurut pria yang akrab disapa SGY ini, konservasi alam mencakup berbagai tindakan untuk menjaga, melindungi, dan melestarikan ekosistem serta sumber daya alam agar tetap berfungsi secara optimal. 

"Tujuan utama dari konservasi adalah untuk mencegah eksploitasi berlebihan yang dapat merusak lingkungan dan mengancam keberlanjutan kehidupan di bumi," kata Sugiyanto. 

"Upaya konservasi ini dapat dilakukan melalui perlindungan hutan, rehabilitasi lahan kritis, pengelolaan kawasan lindung, dan penerapan teknologi ramah lingkungan dalam berbagai sektor kehidupan," imbuhnya. 
Untuk itu, terkait pengadaan air bagi warga Jakarta, ia berharap PAM Jaya sebagai regulator harus mampu menjaga menjaga serta menyediakan air bersih yang berkualitas serta layak untuk digunakan. 

"Salah satu aspek penting dalam konservasi adalah pengelolaan sumber daya air, yang menjadi kebutuhan dasar bagi manusia dan makhluk hidup lainnya," jelas SGY. 

"Air bersih merupakan elemen vital yang harus dijaga ketersediaannya untuk keperluan konsumsi, sanitasi, dan berbagai aktivitas lainnya," sambungnya.

Menurutnya, PAM Jaya harus bisa memastikan kepada masyarakat bahwa distribusi air bersih tidak hanya mencakup wilayah tertentu, tetapi dapat diakses oleh semua lapisan sosial. 

SGY mengatakan, pengawasan masyarakat dapat dilakukan melalui partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, pemantauan fasilitas air bersih, dan pengawasan terhadap kualitas air yang disalurkan. 

"Dengan pengawasan ini, potensi penyalahgunaan dalam pengelolaan air bersih dapat diminimalisir. Selain itu, masyarakat juga berperan memberikan informasi mengenai gangguan atau keluhan terkait pelayanan air bersih yang mereka alami, agar pemerintah dan perusahaan penyedia air dapat segera menanganinya," terangnya. 

Selanjutnya pada bagian lain, Direktur Eksekutif Koalisi Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (KPMI), Andi Wijaya yang akrab disapa Adjie Rimbawan menyampaikan, fenomena krisis lingkungan dan kelangkaan air bersih/minum membawa dampak signifikan terhadap realitas kehidupan sehari-hari. 

"Saat ini ada ketidakpastian musim, cuaca ekstrem, hingga peningkatan suhu terjadi lebih sering dari biasanya. Di tengah situasi ini, konservasi air tidak hanya menjadi tindakan teknis, tetapi juga perlu peranan dan partisipasi berbagai elemen menjadi urgen dalam mengatasi krisis yang kian drastis," jelas Adjie.

Adjie mengungkapkan, kesadaran akan konservasi dan mitigasi krisis menjadi niscaya sebagai langkah penting untuk memahami bahwa air tidak hanya sebagai kebutuhan primer, melainkan juga bagian dari ekosistem yang tidak terpisahkan dalam menopang kehidupan manusia.

"Sarasehan lingkungan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan kepada para penggiat alam bebas tentang pentingnya menjaga kelestarian air bersih dan konservasi alam sebagai bagian menjaga keberlanjutan lingkungan demi menjaga ekosistem alam," pungkas Adjie.

Untuk diketahui, sarasehan ini menghadirkan narasumber berkompeten yakni, Direktur PAM Jaya, Arief Nasrudin; Pengamat Perkotaan, Nirwono Joga; Pemerhati Jakarta, Sugiyanto; Direktur Institut Hijau Indonesia, Slamet Daroini; dan Penggiat Lingkungan, Reiza Patters.

Sarasehan lingkungan ini diikuti oleh 110 ekskul Sispala SMA, SMK dan Madrasah Aliyah Negeri, serta komunitas tujuh Mapala di Jakarta dan 20 senior penggiat Alam Bebas sekaligus para Alumni Sispala se-Jakarta. (pot) 



Komentar0

Type above and press Enter to search.