Serangan ini menargetkan sebuah pos komando militer Rusia di wilayah perbatasan Oblast Kursk, Rusia, yang dekat dengan perbatasan Ukraina.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengonfirmasi serangan tersebut dan menyatakan bahwa pasukan udara Ukraina berhasil menghancurkan pos komando Rusia yang juga digunakan untuk mengoordinasikan serangan militer Rusia di garis depan Kursk.
Dalam keterangannya, Zelensky menyebutkan bahwa sekitar 20 perwira militer, yang terdiri dari tentara Rusia dan Korea Utara, tewas dalam serangan ini.
"Pasukan kami menyerang pos komando mereka di Kursk Oblast, menewaskan banyak perwira di sana," ujar Zelensky.
"Saya diberitahu bahwa sekitar 20 perwira, termasuk beberapa perwira senior dari Korea Utara dan Rusia, kemungkinan besar tewas," tambahnya, seperti dikutip dari Ukrainska Pravda.
Meski demikian, Zelensky tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai waktu tepat terjadinya serangan ini.
Namun, laporan dari Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada 3 Februari 2025 mengungkapkan bahwa serangan udara tersebut sukses mengenai sasaran.
Pos komando yang menjadi target terletak dekat Desa Novoinovka di Distrik Sudzha, Oblast Kursk. Selain personel militer Rusia, sejumlah komandan tentara Korea Utara juga dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.
Akibat serangan udara tersebut, fasilitas militer Rusia mengalami kerusakan yang parah, menurut laporan Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.
Sejak serangan besar yang dilancarkan militer Ukraina di Kursk pada Agustus 2024, Rusia telah mengerahkan hampir 40.000 tentara di wilayah tersebut.
Dari jumlah tersebut, sekitar 16.000 tentara Rusia diklaim telah tewas, dan sebanyak 909 tentara Rusia telah ditangkap oleh pasukan Ukraina.
Komentar0