TpOlTfrpTSY5BUO8BSd8Tfr0Gi==

Poros Rawamangun : Jakarta Tenggelam, Perlu pengawasan yang ketat juga Kerjasama antar pemerintah dan Pemuda


Kabar Jakarta akan Tenggelam Krisis Air Tanah di Jakarta juga diketahui akibat dari Masifnya 

Pengunaan air tanah oleh sebagian warga dan corporate (perusahaan) baik warga biasa atau apartemen, perkantoran, rumah susun dan lainnya juga banyaknya pembangunan Gedung secara masif di Jakarta. Hal ini bukan tanpa alasan mengingat hasil analisis data insar yang direkam sejak 20 maret hingga 22 Oktober 2019. Hasil tersebut juga memperlihatkan bahwa penurunan tanah mencapai 6 cm per tahun.

Pada Diskusi Publik yang di Gagas oleh Poros Rawamangun Jakarta Tenggelam Krisis Air Tanah dalam Rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup dan HUT DKI Jakarta, di Gedung Pemuda Rawamangun, Rabu, 12 Juni 2024

“Kita ketahui problem pengadaan air bersih di Jakarta sangat membutuhkan konsentrasi penting agar kebutuhan air bersih di Jakarta dapat terpenuhi,” ucap Rudy Darmawanto, Ketua Poros Rawamangun dalam Diskusi Publik menyoal Lingkungan Hidup Jakarta di Gedung Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur Rabu, (12/06/2024).

Rudy juga mengulas temuan, banyaknya penggunaan air tanah di sejumlah kawasan rumah susun Jakarta yang menggunakan air dengan komposisi 30 persen menggunakan PDAM dan 70 persen menggunakan air tanah.

Menurutnya, di tengah krisis air Jakarta, penggunaan air tanah sudah seharusnya dibatasi dan harus diawasi dengan ketat oleh pemerintah.

“ ya Harusnya ada pengawasan ketat yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi penggunaan air tanah di Jakarta,” ujar Rudy.

Sebab, jika penggunaan air tanah tidak diawasi dan dibatasi dengan ketat, maka penurunan muka air tanah semakin tinggi dan dapat dipastikan Jakarta akan cepat tenggelam.

Rudy pun meminta para peserta diskusi yang notabene merupakan aktivis organisasi kepemudaan dan penggiat Lingkungan dapat bertindak kritis dan concern terhadap persoalan ini.

Sementara itu, Syahrul Hasan, Direktur Operasional Perumda Pam Jaya mengungkapkan beberapa kendala yang dialami perusahaannya karena masih belum dapat memenuhi pasokan air minum bagi warga Jakarta. Sahrul menjelaskan, selisih kekurangan bagi kebutuhan air bersih warga Jakarta mencapa 11 ribu liter perdetik dari tingkat kebutuhan pasokan air yang mencapai 31 ribu liter perdetik.

Tingginya selisih kekurangan itu salah satunya karena Pam Jaya baru dapat mengoptimalkan air bersih dari 2 sungai di Jakarta, yakni Sungai Ciliwung dan Sungai Pesangrahan. Sementara pengelolaan sungai Krukut baru tahun ini dikelola oleh Perumda Pam Jaya.

Dan dalam hal jangkauan pengelolaan air bersih, saat ini Pam Jaya baru memiliki jaringan perpipaan air bersih yang menjangkau sebanyak 65 persen warga. Masih kekurangan 35 persen dari total kebutuhan.

“Kami tidak dapat asal mengelola air dari sungai-sungai di Jakarta sebab dipengaruhi langsung oleh ketahanan air di sungai-sungai tersebut,” tegas Syahrul.

Sementara, keprihatinan mendalam pun disampaikan Pengamat Jakarta, Budi Siswanto mengupas tingginya penggunaan air tanah untuk kebutuhan Gedung-gedung pencakar langit di Jakarta. Lemahnya pengawasan menjadi sorotan tajam.

“Ada sekitar 3 ribu sampai 4 ribu gedung-gedung tinggi di Jakarta, namun sayangnya hanya sekitar 200 gedung yang memiliki izin pengelolaan air bersih,” terangnya.

Untuk itu dibutuhkan pengawasan mendalam soal izin pengelolaan air bersih agar tidak menimbulkan masalah di tengah krisis air akibat menurunnya permukaan tanah.

Budi juga menekanksn Pentingnya aksi konkret dari para pemuda dalam mengatasi masalah ini.

"Pemuda juga bisa bekerja sama dengan PDAM untuk memproduksi minuman kemasan sebagai solusi konkret," Ujar Budi, menambahkan bahwa keterlibatan pemuda sangat diperlukan.

Hal senada juga di sampaikan oleh Pengamat Lingkungan, Ferly Sahadat. Ia mengupas tidak adanya Badan Regulasi Air yang dibutuhkan warga Jakarta di tengah krisis penggunaan air tanpa izin.

Kita ketahui, bahwa problem yang menghantui Jakarta bertambah selain krisis air bersih juga menghadapi penurunan muka tanah. Dari hasil pemantauan muka tanah (amblasan tanah) dengan melakukan pengukuran secara visual dan pengukuran menggunakan alat geodetic, ditemukan bahwa secara umum laju penurunan tanah di wilayah Jakarta berkisar antara 0 – 18,2 cm/tahun dengan lokasi yang memiliki laju penurunan tanah paling cepat yaitu di daerah Ancol, Pademangan dan Muara Baru- Jakarta Utara.

D tambah lagi dampak perubahan iklim yang mempengaruhi panjangnya musim kemarau yang berpengaruh terhadap permukaan air tanah yang terus menyusut.

Badan Geologi mencatat, penurunan muka tanah ini juga akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan, sebab lebih dari 4500 sumur produksi yang mengambil air tanah Jakarta untuk keperluan komersil.

Menurutnya sangat diperlukan Badan Regulasi Air untuk pengawasan ketat dalam pengelolaan air untuk komersil. Ferly juga menegaskan, sampai saat ini lemahnya pengawasan ekploitasi air tanah, maka bisa dipastikan warga Jakarta akan terus mengalami kerugian yang sangat signifikan.

Selain itu, ada juga sumur-sumur ilegal yang tidak memiliki izin penguasahaan air tanah yang tidak masuk dalam hitungan. Kondisi tersebut menyebabkan permukaan tanah Jakarta mengalami penurunan dan berdampak menjadi ancaman tenggelamnya Jakarta yang sangat serius

Acara ini menjadi momentum penting bagi para aktivis Pemuda dan lingkungan untuk menyuarakan dan mencari solusi atas krisis air tanah yang semakin mengancam Jakarta.

Dan diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, pemuda dan pegiat Lingkungan dinilai sangat krusial dalam mengatasi masalah ini agar kita dapat mencegah Jakarta dari ancaman tenggelam dan dari krisis Air Tanah. (AS09)

Komentar0

Type above and press Enter to search.