SATYABERITA- Komponis dan Penulis lagu ternama, ayahnya bernama Marzuki Saeran, juru tulis di perusahaan Eskomto yang kemudian berpindah ke pekerjaan lain sebagai kasir di bengkel mobil.
Ismail Marzuki dikenal sebagai salah satu komponis dan penulis lagu terbesar di Indonesia pada masanya. Karyanya meliputi banyak genre musik, termasuk lagu-lagu populer, lagu perjuangan, dan lagu-lagu kebangsaan.
Tempat kelahirannya adalah Kampung Kwitang, yang terletak di kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Kampung ini dikenal sebagai salah satu kawasan budaya Betawi yang kental dengan tradisi dan seni.
Ismail Marzuki lahir pada tanggal 11 Mei 1914. Masa kecilnya di Jakarta, khususnya dalam lingkungan Betawi, sangat mempengaruhi pembentukan identitas seni dan budayanya yang kemudian tercermin dalam karya-karyanya yang mengagumkan.
Nama lengkapnya adalah Ismail bin Marzuki, namun ia lebih dikenal dengan nama Ismail Marzuki. Di antara teman-temannya, ia sering dipanggil dengan sebutan Mail, Maing, atau Bang Maing.
Ismail Marzuki mengalami masa kecil yang penuh cobaan. Ibunya meninggal ketika ia masih bayi, dan sebelumnya ia juga kehilangan dua orang kakaknya yang meninggal saat dilahirkan. Ia kemudian tinggal bersama ayahnya dan satu kakak perempuannya yang lebih tua.
Ismail Marzuki meninggal pada usia 44 tahun akibat penyakit paru-paru pada tahun 1958. Meskipun usianya pendek, warisan seni dan karyanya tetap berpengaruh besar dalam sejarah musik Indonesia.
Karya-karyanya tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan musik dan budaya Indonesia. Lagu-lagu seperti Rayuan Pulau Kelapa Halo, Halo Bandung dan Juwita Malam tetap dikenang dan sering dinyanyikan hingga sekarang.
Berikut adalah karya yang dibuat oleh Ismail Marzuki :
OH SARINAH
Tahun 1931, untuk pertama kalinya Ismail menciptakan lagu yang berjudul “Oh Sarinah” yang syairnya dibuat dalam bahasa Belanda.
KERONCONG SERENATA
Tahun 1935, sewaktu berusia 21 tahun muncul karyanya dalam bentuk keroncong yang berjudul Keroncong Serenata.
ROSELANI
Tahun 1936, mencipta Roselani, judul ini membawa kita ke suasana romantis alam Hawaii di Samudra Pasifik.
KASIH BABA
Tahun 1937, muncul lagu-lagu yang mengambil latar belakang “Hikayat 1001 Malam” berjudul Kasim Baba saat Ismail berusia 23 tahun; dan mencipta gubahan keroncong yang berjudul keroncong sejati bermodus minor bernafaskan melodi yang melankolis.
TERANG BULAN
Tahun 1938, mengisi ilustrasi musik film berjudul “Terang Bulan”. Di dalamnya ada 3 buah lagu, antara lain: Pulau Saweba, Di Tepi Laut, Duduk Termenung. Film ini dibintangi oleh Miss Roekiah, Kartolo, Raden Mochtar, dan lain-lain. Ismail turut berperan dalam film tersebut, yakni bermain musik dengan rekan-rekannya sebagai pelengkap skenario. Film ini diputar di Malaya. Ismail bernyanyi untuk adegan Raden Mochtar sewaktu menyanyi.
Tahun 1939, keluar ciptaan sebanyak 8 buah lagu, di mana 2 lagu di antaranya berbahasa Belanda, yaitu: Als de Ovehedeen dan Als’t Meis is in de tropen. Sedang lagu-lagu Indonesianya adalah Bapak Kromo, Bandaneira, Olee lee di Kutaraja, Rindu Malam, Lenggang Bandung, Melancong ke Bali. Dalam periode ini Ismail belum menciptakan lagu-lagu perjuangan.
Ismail Marzuki mendapat penghargaan namanya diabadikan oleh majalah Rolling Stone Indonesia sebagai salah satu dari The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa pada tahun 2008
Namanya diabadikan sebagai Taman Ismail Marzuki (TIM), sebuah kompleks seni dan budaya di Jakarta, yang menjadi pusat penting bagi seni pertunjukan, teater, dan seni visual di Indonesia.(DL)
Sumber:Ensiklopedia Sejarah Indonesia
Komentar0